Peh Cun Warisan Budaya Leluhur Cina Cun. Biasanya masyarakat Kota Tangerang dapat melihat Perahu Peh Cun. Biasanya masyarakat Kota Tangerang dapat melihat Perahu Peh Cun/sejarah perahu Peh Cun itu sendiri. Jumat, 10/12/2021 siang, beberapa awak media yang yang tergabung dalam Media Center Indonesia (MCI) Kota Tangerang menyambangi pengurus Koet Goan Bio, yang berlokasi di Kecamatan Karawaci, Kota Tangerang. Di Koet Goan Bio inilah disimpan Perahu Peh Cun. Pengurus Koet Goan Bio, Joni Liem, yang merupakan generasi ke empat dari keluarga Liem selaku pemilik Perahu Peh Cun menerima dengan hangat rombongan awak media MCI Kota Tangerang. Dengan dijamu kopi dan gorengan buah Sukun, kru media dari MCI Kota Tangerang mewawancara Joni Liem. Menurut Joni Liem, dia adalah penerus dalam merawat Perahu Peh Cun yang diwariskan oleh leluhur/kakek buyutnya. "Almarhum kakek buyut saya (Liem Swie Cuan) yang meninggal tahun 1909 adalah generasi pertama pemilik Peh Cun ini. Awal mula adanya Perahu Peh Cun ini yaitu ketika pekerja dari almarhum kakek buyut saya menemukan kayu yang hanyut di Sungai Cisadane belakang rumah. Kayu segera dijemur untuk dijadikan kayu bakar. Pada malam harinya, si pekerja bermimpi didatangi seorang lelaki tua berjenggot panjang. Lelaki tua dalam mimpi berpesan dan melarang kayu untuk dipotong dijadikan kayu bakar. Akhirnya kayu-kayu tersebut dijadikan sebuah perahu dengan kepala perahu berbentuk Naga. Setelah kakek buyut meninggal, kemudian perawatan Peh Cun diteruskan oleh kakek saya, (alm) Liem Kian Kang. Ayah saya (alm) Liem Sun In yang meneruskan hingga akhirnya turun ke saya," tutur Joni Liem. Pria paruh baya keturunan etnis Thionghoa ini juga mengisahkan hikayat yang didengarnya secara turun-temurun mengenai nama Koet Goan yang sekarang menjadi nama Koet Goan Bio. Koet Goan dulunya adalah seorang perdana menteri sebuah kerajaan yang diasingkan karena difitnah. Koet Goan yang putus asa karena nasehatnya tak pernah dipedulikan oleh raja, akhirnya bunuh diri di sebuah danau dan jasadnya tidak pernah ditemukan. "Lomba Perahu Naga awalnya adalah untuk mengenang kisah warga yang mencari jasad Koet Goan dengan menaiki perahu. Hingga sampai sekarang setiap Festival Peh Cun selalu diadakan," ujar Joni Liem. Menurut Joni, Peh Cun adalah aset dan warisan budaya masyarakat Benteng. "Bukan hanya warisan budaya etnis Thionghoa. Karena itu kami berharap, Pemerintah Kota Tangerang dapat memberikan perhatian pada Peh Cun sebagai bentuk Cagar Budaya," terang Joni. Joni mengaku bahwa pihak Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kota Tangerang yang berkunjung ke Koet Goan Bio. Dispudpar Kota Tangerang memberikan sertifikat yang menetapkan Peh Cun sebagai Cagar Budaya. Namun untuk bentuk bantuan dalam perawatan belum ada sama sekali. "Padahal Festival Peh Cun ini diadakan di banyak kota setiap tahunnya, yang tentu menjadi daya tarik wisata dan mendatangkan nilai ekonomis. Namun hanya di Kota Tangerang ini yang ada Perahu Peh Cun nya," terang Joni. Sangat disayangkan tentunya bila Pemerintah Kota Tangerang abai terhadap warisan budaya leluhur. Seharusnya Peh Cun mendapat perhatian dan bentuan pemeliharaan sebagai aset dan warisan budaya leluhur. Apalagi telah ditetapkan Cun. Biasanya masyarakat Kota Tangerang dapat melihat Perahu Peh Cun. Biasanya masyarakat Kota Tangerang dapat melihat Perahu Peh Cun

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gus Yahya: Pernyataan Jenderal Dudung Bukan Penistaan, Berdoa Bisa Dilakukan dengan Semua Abdurachman terkait tuhan bukan Bahasa*Para ulama menyatakan pernyataan KSAD Jenderal TNI Dudung PBNU Yahya Cholil Staquf dalam sesi wawancara khusus program Rosi di salah satu stasiun televisi swasta pada Kamis, (20/01/2022) lalu. "Kita tidak bisa menganggap itu sebagai penistaan, karena doa itu adalah dialog yang sangat pribadi dengan tuhan," jelas ulama kharismatik yang biasa disapa Gus Yahya. Gus Yahya menjelaskan, ada tradisi dari para ulama pada masa awal dari arab yang mewariskan formula formula dalam menyampaikan doa. "Formula yang diwariskan itu diyakini dapat membawa berkah, namun tidak ada salahnya berdoa dengan menggunakan bahasa selain arab," kata Ketua Umum PBNU ini. Gus Yahya menambahkan, berdoa bisa dilakukan dengan menggunakan bahasa masing-masing. Apa yang disampaikan Jenderal Dudung terkait berdoa tidak harus menggunakan bahasa arab, karena tuhan bukan orang arab bukanlah hal yang baru. Budayawan sekaligus pemuka agama, Emha Ainun Nadjib atau yang biasa disapa Cak Nun juga beberapa kali menyampaikan perihal tuhan bukan orang arab.Dalam tausyiahnya yang diunggah di kanal Youtube @GUYON.MAIYAH, Cak Nun menjelaskan bahwa Tuhan bukan orang arab. "Tuhan bukan orang arab dan Tuhan bukan orang. Jadi arab tidak sama dengan Islam, makanya sekarang arab mestinya diruwat supaya orang bisa membedakan arab dengan Islam," jelas Cak Nun. Berkaca dari itu, semestinya pernyataan Jenderal Dudung tidak dijadikan polemik yang justru bisa merugikan umat Islam sendiri.Selain itu banyak pula ulama yang menyampaikan bahwa pernyataan Jenderal Dudung Abdurachman tersebut sebagai bentuk pemahamannya, bahwa berdoa bisa menggunakan bahasa apapun, karena Tuhan Maha Mendengar dan Maha Mengetahui dan tidak bermaksud mempersamakan Tuhan dengan manusia. (Red) Johanes H

Sedikit Cerita Albertus saat Bantu Warga Angkut BambuHULU SUNGAI TENGAH- Seiring berjalannya waktu TMMD ke 112 Kodim 1002/Hulu Sungai Tengah (HST), anggota satgas dan warga sudah menjadi sangat akrab. Hal itu ditunjukan ketika salah satu anggota satgas TMMD sedang membantu warga yang sedang mengangkut bambu yang akan digunakan untuk membuat pagar kandang ternak. Minggu, (10/10/2021).Yaitu Tamrin (37) warga Desa Rantau Keminting, Kecamatan Labuan Amas Utara, yang kesehariannya selama adanya TMMD ia sering membantu bekerja bersama-sama TNI, sehingga mereka sudah menjadi akrab dan menganggap saudara.Prada Albertus yang sedang membantu memilih bambu mengatakan, jika dirinya dengan warga sudah sangat akrab. Apalagi mereka sangat antusias dengan adanya TMMD memberikan kami sambutan yang luar biasa dengan menyediakan tempat untuk beristirahat dan berbagai hidangan makanan yang disuguhkan. Sehingga membantu mereka sudah menjadi kewajiban kita dan TNI selalu ada di tengah-tengah masyarakat.“Saya membantu Bapak Tamrin memilih dan mengikat bambu untuk dibawa ke rumahnya, karena Bapak Tamrin juga ikut membantu pekerjaan pada program TMMD. Bambu ini akan digunakan untuk pagar kandang ternak mengganti pagar yang sudah rusak karena dimakan usia,” ucap Prada Albertus.(Pendim1002).Toding Kaeaeng